Minggu, 11 Desember 2011

TINJAUAN METODE PENELITIAN ADMINISTRASI


BAB  I
TINJAUAN METODE PENELITIAN ADMINISTRASI

A.  Pengertian Metode Penelitian Administrasi
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah  untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan kegiatan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis, Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. (Bedakan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang hilang, atau provokator, atau tahanan yang melarikan diri melaiui paranormal). Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Proses penelitian (khususnya metode kuantitatif) yang sistematis.
Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesugguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya dalam kasus korupsi, jumlah yang dikorupsi sebenarnya 100 milyar, sementara peneliti melaporkan jauh di bawah atau di atas 100 milyar, maka derajad validitas hasil penelitian itu rendah. Atau misalnya dalam suatu unit kerja pemerintahan, dimana dalam unit kerja tersebut iklim kerjanya sangat bagus, sementara peneliti melaporkan iklim kerjanya tidak bagus, maka data yang dilaporkan tersebut juga tidak valid. Untuk mendapatkan data yang langsung valid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid.
Data yang valid pasti reliabel dan obyektif. Reliabel berkenaan derajad konsistensi/keajegan data daiam interval waktu lertentu. Misalnya  pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut kalau ditanya akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang. obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang). Bila banyak orang yang menyetujui bahwa karyawan yang berdemontrasi sebanyak 1000 orang, maka data tersebut adalah data yang obyektif (obyektif lawannya subyektif). Kalau ada beberapa kelompok peneliti memberikan data yang berbeda-beda pada satu obyek penelitian, maka data penelitian tersebut tidak obyektif, sehingga tidak valid.
Data yang reliabel belum tentu valid, misalnya setiap hari seseorang karyawan perusahaan pulang malam dengan alasan ada rapat, padahal kenyataannya tidak ada rapat. Hal ini diucapkan secara konsisten tetapi berbohong, sehingga data tersebut terlihat reliabel (konsisten) tetapi tidak valid. Data yang obyektif juga belum tentu valid, misalnya 99 % dari sekelompok orang menyatakan bahwa si A adalah pencuri, dan 1% menyatakan bukan pencuri. Padahal yang benar justru yang hanya 1 % yang menyatakan bahwa A adalah bukan pencuri. Pernyataan kelompok tersebut terlihat obyektif (disepakati 99%).tetapi tidak valid.
Validitas data hasil penelitian dapat diperoleh dengan cara menggunakan instrumen penelitian yang valid, menggunakan sumber data tepat dan cukup jumlahnya, serta menggunakan metode pengumpulan dan analisis data yang benar. Untuk mendapatkan data yang reliabel, maka instrumen penelitian yang digunakan harus reliabel. Selanjutnya untuk mendapatkan data yang obyektif, maka perlu digunakan sampel yang besar atau sumber data yang jumlahnya mendekati jumlah populasi. Dalam prakteknya, sebelum pengumpulan data dilakukan maka instrument penelitian harus diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya. Teknik-teknik pengujian diberikan pada bab tersendiri.
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu adalah data yang betul-betul berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu, dan pengembangan berarti untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan yang telah ada.
Penelitian yang bersifat penemuan misalnya, menemukan cara yang paling efektif untuk memberantas korupsi, penelitian yang bersifat membuktikan misalnya, membuktikan apakah betul bahwa insentif dapat meningkatkan prestasi kerja di unit tertentu atau tidak. Selanjutnya penelitian yang bersifat mengembangkan misalnya, penelitian untuk mengembangkan organisasi yang telah ada, atau penelitian untuk membuat keputusan tentang deregulasi dan debirokratisasi.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
Penelitian yang akan digunakan untuk memahami masalah misalnya, penelitian tentang sebab-sebab jatuhnya pesawat terbang atau sebab-sebab membudayanya korupsi di Indonesia, penelitian yang bersifat memecahkan masalah misalnya, penelitian untuk mencari cara yang efektif untuk memberantas korupsi di Indonesia, dan penelitian yang bersifat antisipasi masalah misalnya penelitian untuk mencari cara agar korupsi tidak terjadi pada pemerintah baru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dikemukakan di sini bahwa, metode penelitian Administrasi atau Manajemen dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid   dengan    tujuan    dapat   ditemukan,   dibuktikan,    dan dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehiqgga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang administrasi dan manajemen.

B. Jenis-jenis Penelitian
Berikut ini dikemukakan berbagai jenis penelitian yang dapat digunakan untuk penelitian dalam bidang administrasi dan manajemen, baik penelitian yang bersifat akademik (mahasiswa, Si, S2, S3), professional (pengembangan ilmu, teknologi dan seni) dan institusional (penelitian untuk perumusan kebijakan atau pengambilan keputusan).
Penelitian akademik mempakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis dan disertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif, sehingga lebih mementingkan validitas internal (caranya yang harus betul), variabel penelitian terbatas, serta kecangihan analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan (Si, S2, S3).
Penelitian profesional merupakan penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti, misalnya para Dosen Perguruan Tinggi, Peneliti di LIPI, Litbang Lembaga Pemerintah dan Swasta. Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berkenaan dengan ilmu, teknologi dan seni. Variabel penelitian lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan untuk kepentingan masyarakat ilmiah. Untuk itu penelitiannya harus dilakukan dengan cara yang betul (validitas internal), dan hasilnya berguna untuk pengembangan ilmu (validitas eksternal).
Penelitian institusional merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan kelembagaan. Hasil penelitian akan sangat berguna bagi pimpinan, manajer, direktur untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu hasil penelitian lebih menekankan pada validitas eksternal (kegunaan), variabel penelitian lengkap (kelengkapan informasi), dan kecanggihan analisis disesuaikan untuk pengambilan keputusan.
Jenis-jenis penelitian dapat dikelompokkan menurut, tujuan, pendekatan, tingkat ekplanasi (level of explanation) dan analisis & jenis  data.
Dengan mengetahui jenis-jenis penelitian tersebut, maka peneliti pada bidang administrasi atau manajemen diharapkan dapat memilih metode yang paling efektif dan efisien untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan untuk pengembangan ilmu, teknologi dan seni serta untuk memecahkan masalah-masalah di bidang Administrasi atau Manajemen.                                                                       
             Jenis-jenis penelitian menurut tujuan, metode, tingkat eksplanasi, dan jenis data sebagai berikut:                                                               


TUJUAN
  1. Terapan
 
                                                                               
  
                                                                          


METODE
1.       Survay
2.       Ex Post Facto
3.       Eksperimen
4.       Naturalistik/Kualitatif
5.       Policy Research/Kebijakan
6.       Action Research/Tindakan
7.       Evaluasi
8.       Sejarah/Historis Research

 
 
                                                                                     
                                                                             

                                                                       


JENIS-JENIS
PENELITIAN
 
 
                                    



TINGKAT EKPLANASI
1.       deskripsi
2.       Komparatif
3.       Asosiatif/Hubungan

 
 
                                                                             
                                                                             



JENIS DATA & ANALISIS
  1. Kuantitatif
  2. Kualitatif
  3. Gabungan

 
 
                                                                                       
     



1.  Penelitian Menurut Tujuan
Penelitian menurut tujuan dapat dikelompokkan menjadi penelitian murni dan terapan (pure research & applied research) Uma Sekaran dalam bukunya Research Methods for Business (1994) menyatakan bahwa, bila penelitian diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan nasalah, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian terapan, tetapi bila penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya) maka hal itu dinamakan penelitian dasar/niurni. Hasil penelitian yang diperoleh akan berguna untuk pengembangan ilmu administrasi atau manajemen.
Gay (1977) menyatakan bahwa sebenarnya sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar) dan terapan secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak rnemperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam Memecahkan masalah-masalah praktis. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi penelitian terapan.
Jujun S. Suriasumantri (1985) menyatakan bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.
2.   Penelitian menurut Metode
Penelitian menurut metode, dapat dikelompokkan menjadi metode penelitian survey, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research (penelitian kebijakan), action research (penelitian tindakan), evaluasi, dan sejarah.
a.   Penelitian Survey
Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa, penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Penelitian survey pada umumnya dilakukan untuk mengarnbil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survey ini tidak memerlukan kelompok kontrol seperti halnya pada metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif (David Kline : 1980). Contoh misalnya : penelitian untuk mengungkapkan kecenderungan masyarakat dalam metnilih pemimpin nasional, dan daerah; kualitas SDM masyarakat Indonesia; sikap masyarakat terhadap amandemen undang-undang dasar, pengaruh anggaran pendidikan terhadap kualitas SDM negara, dll
b.   Penelitian Ex Post Facto
Penelitian Ex post Facto adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat yang menyebabkan timbulnya kejadian tersebut. Penelitian ini menggunakan logika dasar yang sama dengan penelitian eksperimen yaitu jika x maka y, hanya saja dalam penelitian ini tidak ada manipulasi Iangsung terhadap variabel independen. Contoh misalnya : penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya kebakaran gedung di suatu lembaga pemerintah; penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab terjadinya kerusuhan di suatu daerah, penelitian untuk mengungkapkan sebab-sebab si A atau B terpilih menjadi Gubernur, Bupati dll.
c.   Penelitian Eksperimen
Penelitian dengan pendekatan eksperimen, adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Terdapat   empat    bentuk      metode  eksperimen (Tuckman 1982: 128 - 156) yaitu:
1)    pre experimental,
2)    true experimental,
3)    actorial, dan
4)    quasi experimental.
 Penelitian eksperimen ini pada umumnya dilakukan pada laboratorium. Contbh misalnya: penelltian penerapan metode kerja baru terhadap produktivitas kerja, penelitian pengaruh mobil berpenumpang tiga terhadap kemacetan lalu lintas, pengaruh gaya kepemimpinan tertentu terhadap disiplin kerja pegawai, dan Iain-lain.
d.    Penelitian Naturalistik
Metode penelitian ini sering disebut dengan metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah. (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Contoh: penelitian untuk mengungkapkan makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk mengungkapkan makna sebenarnya dari kegiatan demontrasi berbagai kelompok masyarakat, penelitian untuk menemukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), penelitian untuk menentukan metode mengajar yang paling efektif untuk anak yang berasal dari daerah terpencil.
e.    Policy Research (Penelitian Kebijaksanaan)
Policy research (metoda penelitian kebijaksanaan) dimulai karena adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu ofganisasi. Majchrzak (1984) mendefinisikan policy research adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Policy research ini sangat relevan bagi perencana dan perencanaan. Contoh: penelitian untuk membuat undang-Undang atau peraturan tertentu, penelitian untuk mendapatkan informasi guna menentukan si stem penggajian karyawan, penelitian untuk mendapatkan informasi guna menentukan jenis pendidikan yang perlu dikembangkan di suatu daerah, penelitian untuk mengembangkan struktur organisasi, dll.
f.   Action Research (penelitian tindakan)
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode, kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian melibatkan peneliti dan karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan kebaikan prosedur kerja, metode kerja, dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan sdanjutnya mendapatkan metode kerja baru yang dipandang paling efisien. Metode kerja baru tersebut selanjutnya dicobakan, dievaluasi secara terus-menerus dalam pelaksanaannya, sehingga sampai ditemukan metode yang paling efisien untuk dilaksanakan. Contoh: penelitian untuk memperbaiki prosedur dan metode kerja dalam pelayanan masyarakat, penelitian mencari metode mengajar yang paling baik, dll.
Jadi dapat dinyatakan di sini bahwa, penelitian tindakan adalah suatu proses yang dilalui oleh perorangan. atau kelompok yang menghendaki perubahan dalam situasi tertentu untuk menguji prosedur yang diperkirakan akan menghasilkan perubahan tersebut dan kemudian, setelah sampai pada tahap kesimpulan yang dapat di pertanggungjawabkan, melaksanakan prosedur ini. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah:
1)    situasi,
2)    perilaku,
3)    organisasi
4)    struktur
5)    mekanisme kerja,
6)    iklim kerja dan
7)    pranata.
g.   Penelitian Evaluasi
Dalam hal yang khusus, penelitian evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi, tetapi dalam hal lain juga dapat dinyatakan sebagai penelitian. Sebagai evaluasi berarti hal ini merupakan bagian dari proses pembuatan keputusan, yaitu untuk membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan. Evaluasi sebagai penelitian berarti akan berfungsi untuk menjelaskan fenomena.
Terdapat dua jenis dalam penelitian evaluasi yaitu: penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses dan evaluasi sumatif 100% menekankan pada produk (Kidder 1981 : 84).
Evaluasi formatif digunakan untuk mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam bentuk proses, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas program atau produk yang berupa barang atau jasa. Evaluasi sumatif menekankan pada efektivitas pencapaian program yang berupa produk tertentu. Contoh: penelitian evaluasi formatif: penelitian untuk mengevaluasi proses pelaksanaan pelayanan ijin Mendirikan Bangunan (1MB), proses pelaksanaan suatu peranan atau kebijakan. proses belajar mengajar. Contoh penelitian evaluasi sumatif, penelitian hasil dari suatu kebijakan, misalnya efektivitas program IDT, Jaring Pengaman Sosial, Keluarga Berencana, kebijakan mobil berpenumpang tiga, kebijakan pendidikan Link and Match, hasil proses belajar mengajar dengan metode tertentu, dll.
h.   Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah berkenaan dengan analisis yang logis terhadap kejadian-kejadian yang,,berlangsung dimasa lalu. Jadi penelitian tidak mungkin lagi rnengamati kejadian yang akan diteliti. Walaupun demikian sumber datanya bisa primer, yaitu orang terlibat langsung dalam kejadian itu, atau sumber-sumber dokumentasi yang berkenaan dengan kejadian itu.
Tujuan penelitian sejarah menurut Isaac (1981) adalah untuk merekonstruksi kejadian-kejadian masa lampau secara sistematis dan obyektif, melalui pengumpulan, evaluasi, verifikasi, dan sintesa data diperoleh , sehingga dapat ditetapkan fakta-fakta untuk membuat suatu kesimpulan. Namun demikian kesimpulan yang diperoleh sifatnya masih hipotesis.
Penelitian sejarah terutama dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang: kapan kejadian itu berlangsung, siapa pelaku-pelakunya, dan bagaimana prosesnya. Contoh: penelitian untuk mengetahui kapan berdirinya kola tertentu sehingga dapat digunakan untuk menentukan hah ulang tahun; penelitian untuk mengetahui bagaimana manajemen pembuatan candi Borobudur atau Prambanan; penelitian untuk mengetahui perkembangan peradapan helompok masyarakat tertentu, dan Iain-lain.
3.   Penelitian Menurut Tingkat Ekplanasinya
Tingkat ekplanasi menurut David Kline (level of explanation) adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat ekplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Berdasarkan hal ini, penelitian dapat dikelompokkan menjadi, deskriptif, komparatif, dan asosiatif.
a.    Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (indepeden) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Suatu penelitian yang berusaha menjawab pertanyaan seperti, bagaimanakah profil Presiden di Indonesia, seberapa besar produktivitas kerja Pegawai Negeri, seberapa besar keuntungan BUMN dan BUMD tahun ini; bagaimanakah etos kerja, dan prestasi kerja para karyawan didepartemen X, bagaimanakah kualitas SDM Indonesia, adalah suatu bentuk penelitian deskritif. Yang dicetak miring adalah variabel yang diteliti, yang bersifat mandiri.
b.    Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif, adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan, Di sini variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Contoh/adakah perbedaan profil Presiden Indonesia dari waktu ke waktu, adakah perbedaan keuntungan antara BUMN dengan Perusahaan Swasta, adakah perbedaan kemampuan kerja antara lulusan SMK dengan SMU, adalah perbedaan efeklivitas antara Undang-undang Dasar yang lama dengan yang baru.
c.    Penelitian Asosiatif/hubungan
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini mempunyai tingkatan yang tertinggi bila dibandingkan dengan penelitian deskriptif dan komparatif. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
            Pada   penelitian    ini    minimal   terdapat      dua        variabel yang dihubungkan. Bentuk hubungan antara variabel da tiga yaitu: simetris,  kausal dan interaktif / resiprocal. Hal  ini  dapat digambarkan seperti gambar 1.2 berikut:

X
 

Y
 

Y
 

X
 
                                                                                                
                                                                            

Hubungan Simetris, X  tidak              Hubungan Kausal/sebab akibat,
Mempengaruhi Y atau                       X mempengaruhi Y
Sebaliknya.

Y
 

X
 
                                                                         
                                                          
                                Hubungan Resiprocal/hubungan timbal
                                balik, X dan Y saling mempengaruhi
Gambar diatas menunjukan: Tiga bentuk Hubungan  antar  Variabel
Hubungan simetris adalah suatu bentuk hubungan karena munculnya bersama-sama, misalnya ada hubungan antara datangnya kupu-kupu dengan tamu. Kalau ada kupu-kupu masuk rumah diramalkan akan ada tamu, yang menyebabkan datangnya tamu bukan kupu-kupu.
Hubungan kausal adalah hubungan sebab akibat, bila X maka Y. Contoh bila pelayanan kepada masyarakat baik, maka tidak akan terjadi demonstrasi. Jadi yang menyebabkah masyarakat tidak demo adalah karena pelayanan kepada masyarakat baik. Pengaruh panas terhadap muai panjang, dalam hal ini yang menyebabkan terjadinya pemuaian adalah panas. Dalam hal ini pelayanan dan panas adalah variabel independen, dan demonstrasi dan muai panjang adalah variabel dependen.
Hubungan interaktif atau resiprocal atau timbal balik adalah hubungan  yang  saling  mempengaruhi.  Bila pengeluaran  untuk iklan naik, maka nilai penjualan juga akan naik, dan bila nilai penjualan naik, maka biaya untuk iklan akan naik juga.
Jenis penelitian menurut tingkat ekplanasi digunakan sebagai dasar untuk merumuskan judul penelitian. Jadi akan ada judul penelitian deskriptif, komparatif, dan asosiatif. Contoh :
Judul penelitian deskriptif:
a.    Disiplin Kerja Pegawai Negeri setelah Otonomi Daerah
b.    Profil Guru yang Profesional
c.    Kesiapan  Sekolah   Melaksanakan  Manajemen  Berbasis Sekolah
Judul Penelitian Komparatif:
a.    Perbandingan Disiplin Kerja Pegawai Negeri dan Swasta.
b.    Perbandingan Profil Guru yang Profesional dan Tidak
Profesional.
c.    Perbandingan   Tingkat   Kesiapan   Sekolah   Negeri   dan
Swasta dalam Melaksanakan Manajemen Berbasis Sekolah.
Judul Asosiatif:
a.    Pengaruh Kepemirnpinan terhadap disiplin kerja pegawai.
b.    Hubungan antara tingkat pendidikan dan kerukunan
masyarakat di daerah tertentu.
c.    Pengaruh insentif terhadap prestasi kerja Pegawai.
d.    Faktor-faktor yang mempengaruhi merebaknya KKN di
instansi pemerintah.
4.   Penelitian Menurut Jenis Data & Analisis
Seperti telah dikemukakan pada pengertian penelitian, bahwa pada dasarnya meneliti itu adalah ingin mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif tentang gejala tertentu. (variabel tertentu). Jenis data dan analisisnya dalam penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga hal utama yaitu data kualitatif, kuantitatif dan gabungan keduanya.  Pada suatu proses penelitian sering hanya terdapat satu jenis data yaitu kuantitatif atau kualitatif saja, tetapi mungkin juga gabungan keduanya. Dalam analisis data juga terdapat tiga macam, yaitu analisis data kuantitatif dengan statistik dan kualitatif (tidak mengutamakan statistik) atau gabungan keduanya.   
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Data kualitatif yang diangkakan (skoring) misalnya terdapat dalam skala pengukuran. Contoh suatu pernyataan/pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dimana masing-masing pilihan jawaban diberi skor misalnya: pangat setuju diberi angka 4; setuju 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1.
Penelitian dengan pendekatan naturalistik/kualitatif kebanyakan datanya adalah data kualitatif, walaupun tidak menolak data dan analisis secara kuantitatif.

C. Macam-macam Data Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid. Untuk bisa mendapatkan data yang valid tersebut, maka peneliti harus terlebih mengetahui macam-macam data. Macam-macamj data yang dikemukakan berikut, diperoleh dengan instrumen yang menggunakan skala nominal, ordinal, interval dan ratio. Macam data dalam penelitian ditunjukkan pada gambar  berikut ini:
              




Kualitatif
 
 
                          
                         
Macam Data
 
Diskrit
 
                                                    
                                                        
                          
Kuantitatif
 
Ordinal
 
                                                                                        
                                                                                                
Ratio
 
Kontinum
 
Interval
 
                                                                                               
                                                                                          

                                                                                                            

Berdasarkan gambar di atas tersebut terlihat bahwa, macam data ada dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring : baik sekali = 4, baik = 3, kurang baik = 2 dan tidak baik = 1).
Data kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu data diskrit/nominal dan data kontinum. Data nominal adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara terpisah, secara diskrit atau kategori. Data ini diperoleh dari hasil menghitung, misalnya dalam suatu kelas setelah dihitung terdapat 50 mahasiswa, terdiri atas 30 pria dan 20 wanita. Dalam suatu kelompok terdapat 1000 orang suku Jawa dan 500 suku Sunda dll. Jadi data nominal adalah data diskrit, bukan data kontinum.
Data Kontinum, adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan ini diperoleh dari hasil pengukuran. Data ini dibagi menjadi data ordinal, data internal dan data ratio. Data ordinal adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat. Misalnya juara I, II, III dan seterusnya. Data ini bila dinyatakan dalam skala, maka jarak satu data dengan data yang lain tidak sama. Lihat gambar 1.4.
   I      II                      III          IV                     V                  VI
  
  98   93                    76         70                    50                   40

Gambar: Data Ordinal, jarak tidak sama
Data Interval adalah data yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol (0) absolut/mutlak). Contoh skala thermometer, walaupun ada nilai 0° C, tetapi tetap ada nilainya. Data-cata yang diperoleh dari pengukuran dengan instrumen sikap dengan skala Likert misalnya adalah berbentuk data interval. Data interval dapat dibuat menjadi data ordinal (peringkat). Pada gambar dibawah ini:
 -2   1-   0   1   2   3    4   5    6   7   8   9  10   1   12    
                                                                                     
                   
 1   2    3    4   5    6   7   8    9   10 11 12  13 14  15

Gambar: data Interval, walaupun minus (-) tetap ada nilainya
Data ratio adalah data yang jaraknya sama, dan mempunyai nilai nol mutlak (lihat gambar 1.6) Misalnya data tentang berat, panjang, dan volume. Berat 0 kg berarti tidak ada bobotnya, panjang 0 m berarti tidak ada panjangnya. Data ini dapat dirubah ke dalam interval dan ordinal. Data ini juga dapat dijumlahkan atau dibuat perkalian secara aljabar. Misalnya 2m + 3 m = 7 m. Kalau dalam data interval penjumlahannya tidak seperti dalam data ratio. Misalnya air 1 gelas dengan suhu 20°C + air 1 gelas dengan suhu 15° C maka suhunya tidak menjadi 35° C, tetapi sekitar 17,5° C. Data rasio adalah data yang paling teliti.

            1         2         3         4         5        6         7         8
                                                                                                 
Gambar: Data Ratio (nilai nol mutlak)

D. Proses Penelitian
Penelitian kuantitatif didasarkan pada paradigma positivisme yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif dengan berlandaskan pada asumsi mengenai obyek empiris (Jujun Suriasumantri 1978). Asumsi pertama bahwa obyek/fenomena dapat diklasifikasikan menurut sifat, jenis, struktur, bentuk, warna dan sebagainya. Berdasarkan asumsi ini maka peneliti dapat memfokuskan penelitiannya pada sebagian dari konteks kegiatan administrasi atau manajemen yang berupa variabel tertentu dari suatu obyek penelitian yang ditetapkan menjadi permasalahan.
Peneliti dapat melakukan penelitian pada variabel bisnis, misalnya tentang proses produksi, pemasaran, akutansi, lembaga-lembaga keuangan, perpajakan, kepemimpinan, sikap kerja, dan sebagainya. Peneliti tidak harus meneliti terhadap seluruh variabel dalam konteks bisnis, karena hal didasarkan pada asumsi bahwa setiap konteks mempunyai sifat yang dapat diklasifikasikan. Misalnya klasifikasi sifat orang berdasarkan motivasi kerjanya, berdasarkan gaya kepemimpinannya, berdasarkan kemampuannya dll.
Sebenarnya penelitian kuantitatif juga mengakui bahwa semua sifat pada diri seseorang (kepribadian, bakat, gaya kepemimpinan dll) tidak dapat dipisahkan. Tetapi pada diri seseorang akan mempunyai modus tertentu dalam sifatnya, misalnya si A; motivasi kerjanya tinggi tetapi gaya kepemimpinan, kemarnpuan, dan hubungan dengan orang lain kurang baik. Selain itu penelitian kuantitatif berpandangan bahwa setiap orang mempunyai kemampuan yang terbatas pada bidang-bidang tertentu saja. Mungkin seorang manajer melihat pegawai yang motivasi kerjanya rendah, karena faktor insentif, hubungan dengan teman kerja dan supervisor kurang baik, kemampuan rendah; tetapi seorang dokter akan melihat pegawai dari segi kesehatan fisik pegawai tersebut.
Asumsi ilmu yang kedua adalah determinisme (hubungan sebab akibat). Asumsi ini menyatakan bahwa setiap gejala ada yang menyebabkan. Perusahaan bisa bangkrut karena ada yang menyebabkan, nilai rupiah bisa jatuh karena ada yang menyebabkan, orang malas kerja karena ada yang menyebabkan. Manajer tidak disenangi bawahan karena ada yang menyebabkan, Berdasarkan asumsi pertama dan kedua maka peneliti dapai memilih variabel yang diteliti, dan mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dengan demikian judul penelitiannya dapat berbunyi hubungan X dengan Y, pengaruh X1 dan X2 terhadap Y.
Asumsi ilmu yang ketiga adalah bahwa suatu gejala tidak akan mengalami perubahan dalam waktu tertentu. Kalau gejala yang diteliti itu berubah terus maka akan sulit untuk dipelajari, Mahasiswa yang ujian tesis atau yang disertasi adalah mempertahankan data masa lampau yang mungkin saja pada waktu ujian data dari obyek yang diteliti sudah berubah. Apalagi data dari bidang sosial.
Berdasarkan asumsi tersebut di atas dan juga berdasarkan pada metode ilmiah yang bersifat logico-hypotheco-verifikatif, maka proses penelitian kuantitatif akan bersifat linier. Proses penelitian kuantitatif yang sistematis itu ditunjukkan pada gambar 1.7.

Gambar lihat di berkas!

Gambar: Proses Penelitian Kuantitatif (modifikasi dari Tuckman, 90)
Berdasarkan gambar 1.7 tersebut dapat diberikan penjelasan sebagai berikut. Seperti telah dikemukakan dalam pengertian bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah.   Masalah   merupakan   penyimpangan   dari   apa   yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara    aturan   dengan  pelaksanaan, teori  dengan    praktek perencanaan   dengan  pelaksanaan   dsb. Penelitian   kuantitatif bertolak   dan   studi   pendahuluan   dari   obyek   yang   diteliti (preliminary study) .untuk mendapatkan yang betul-betul masalah Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digah melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris Supaya penehti  dapat  menggali  masalah  dengan  baik   maka peneliti   harus   menguasai   teori   melalui   membaca   berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka dengan baik     masalah tersebut  dirumuskan secara spesifik,  dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya.
Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelman sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis) Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis.
Untuk  menguji   hipotesis   tersebut   peneliti   dapat   memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian      yang    sesuai dengan Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu  adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana waktu dan kemudahan yang lain. Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, expenmen, evaluasi, action research, policy research (selain metode naturalistik dan sejarah).
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reliabilitasnya.
Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat  generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili).
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak.
Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Walaupun. langkah penelitian kuantitatif tersebut bersifat linier tetapi tidak berarti penelitian berakhir disitu. Proses penelitian kuantitatif itu dapat juga dilakukan secara berulang-ulang seperti pada proses penelitian kualitatif, pengulangan dalam penelitian kuantitatif dilakukan dalam rangka mendapatkan konsistensi/reliabilitas data penelitian dan membuktikan penelitian yang telah ada.
Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka nampak bahwa pola pikir penelitian kuantitatif, bukan hanya deduksi tetapi juga induksi baik dalam merumuskan hipotesis maupun untuk generalisasi dari hasil penelitian.
Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logico-hypothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyusun instrumen, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk menverifikasikan hipotesis yang diajukan.
Uraian dalam buku ini memfokuskan pada penelitian kuantitatif yang dapat digunakan dalam penelitian bidang administrasi atau manajemen, baik untuk kepentingan akademis, profesional dan institusional. Penelitian dapat menggunakan metode survey, ex-post facto, eksperimen, policy dan penelitian tindakan (action research). Setiap metode penelitian apapun terdapat kegiatan seperti yang dikemukakan, yaitu menemukan masalah, berteori, berhipotesis, mengumpulkan dataipada populasi atau sampel tertentu dengan instrumen penelitian,  analisis data, dan membuat kesimpulan dan saran.
    
E. Ruang   Lingkup  Penelitian Administrasi
1. Pengertian Manajemen dan Administrasi
Antara manajemen dan administrasi dapat diartikan sama, tetapi juga dapat diartikan berbeda. Dalam arti yang sama, administrasi dan manajemen merupakan kata yang-sinonim dan penggunaannya dapat secara bergantian (interchangeable). Dalam hal ini Orlosky (1984 : 1 - 2) menyatakan : "The term administration and management do not have precise meanings. Administration and management are frequently treated as synonymous and interchangeable term".
Dalam arti yang berbeda, kedudukan administrasi (dalam arti luas) lebih tinggi dari pada manajemen. Administrasi menentukan kebijakan ke mana organisasi akan dibawa, sedangkan manajemen merumuskan bagaimana melaksanakan kebijakan yang telah digariskan oleh administrator. Administrasi menentukan "what" dan "policy-making" sedangkan manajemen menentukan "how" dan "policy executing".
Tetapi Owen E. Hughes dalam bukunya Public Management & Administration (1994) justru menyatakan bahv/a manajemen lebih luas dari administrasi. It is argued here that administration is narrower and more limited function the management... the term administration and management are not synonymous, neither is their application to public sector. Public management does include administration, but also involves organization to achieve objectives with maximum efficiency, as well as genuine responsibility, for result".
Berdasarkan pengertian di atas terlihat belum adanya persamaan pengertian antara administrasi dan manejemen. Ada yang menyatakan bahwa administrasi lebih luas, tetapi ada juga yang menyatakan bahwa manajemen lebih luas dari administrasi. Dalam buku ini dinyatakan bahwa pengertian administrasi dan manajemen adalah sinonim, sehingga arti administrasi sama dengan manajemen. M.E. Dimock dalam bukunya Public Administration menggunakan kata administrasi atau  manajemen.
"Administration (or management) is a planned approach to solving of all kinds of problems in almost every individual or group activity both public or private", Selanjutnya Dann Suganda (1989) raenyatakan bahwa administrasi identik dengan manajemen, namun dalam penggunaannya sering berbeda. Istilah administrasi digunakan untuk kegiatan pemerintahan, sehingga ada nama lembaga negara yang bernama "Lembaga Administrasi Negara" dan jurusan "Administrasi Negara" pada perguruan tinggi. Istilah manajemen banyak digunakan pada sektor swasta.
Dalam hal ini administrasi atau manajemen diartikan sebagai proses pengelolaan sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Definisi ini dapat diperpanjang dengan menjabarkan :
1.    Proses pengelolaan ke dalam fungsi-fungsi manajemen, yang terdiri atas : perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan.
2.    Sumber daya yang dikelola,  meliputi 7 M,  yaitu  man  & women, money, materials, methods, machines, market, minute (waktu).  Sumber daya yang dikelola dapat dikelompokkan menjadi sumber daya manusia dan nonmanusia, atau sumber daya lain.
3.    Kriteria pencapaian tujuan : efektif dan efisien.  
Bila penjabaran itu dimasukkan dalam definisi, maka administrasi atau manajemen dapat diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan sumber daya manusia dan sumber daya yang lain guna menctipai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Dalam proses pengelolaan itu menggunakan ilmu dan seni.
Menurut Terry ilmu manajemen adalah "a body of systematic knowledge accumulated and accepted with reference to understanding of general truth concerning management. Sedangkan seni manajemen diartikan sebagai '''personal creative power plus skill in performance ". Selanjutnya fungsi manajemen menurut Terry adalah Planing, Organizing, Actuating, and Controlling (POAC). Sedangkan menurut Gulick, fungsi manajemen meliputi Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,  Reporting and Budgeting (POSDCRB).   Sumber daya yang dikelola meliputi 7 M, yaitu Man, Money, Materials, Methods, Machine, Markets, Minute (waktu). Kriteria pencapaian tujuan adalah efektif dan efisien. Dalam hal efektivitas dan efisiensi ini F. Drucker dalam Scoderbeg (1988 : 4) menyatakan : Effectiveness is the foundation of success; efficiency, is concerned with doing things right. Effectiveness is doing the right things. Efektivitas merupakan landasan untuk mencapai sukses, dan efisiensi merupakan sumber daya minimal yang digunakan untuk mencapai kesuksesan itu. Efisiensi berkenaan dengan cara mengerjakan sesuatu dengan betul, sedangkan efektivitas dengan pekerjaan yang betul yang dikerjakan.
Bila dalam organisasi hanya pekerjaan yang betul (sesuai rencana) dikerjakan, maka akan muncul efektivitas, dan bila cara yang digunakan untuk mengerjakan pekerjaan yang betul itu tepat maka akan menghasilkan efisiensi.
Selanjutnya Fremont E. Kas mengemukakan bahwa "Effectiveness is concerned with the accomplishment of explicit or implicit goals" . Jadi efektivitas berkenaan dengan derajad pencapaian tujuan baik secara ekplisit maupun implisit, yaitu seberapa jauh rencana dapat dilaksanakan dan seberapa jauh tujuan tercapai. Sedangkan efisien berarti optimasi penggunaan sumber daya, yaitu yang termudah cara mengerjakannya, termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya, terpendek jaraknya. Bila dalam suatu usaha mencapai tujuan tertentu dianggarkan 100 juta, tetapi dengan metode baru dapat dikerjakan dengan 80 juta, maka terdapat efisiensi sebesar 20 juta.
Dengan demikian kalau dijabarkan lebih rinci, maka aktivitas keseluruhan manajemen dapat digambarkan seperti gambar 1.8 berikut. Berdasarkan gambar 18 tersebut maka lingkup kegiatan manajemen dengan fungsi manajemen dari Terry ada 28 aktivitas yang berkesinambungan.
Dalam kenyataannya, tidak semua aktivitas manajemen itu dilakukan secara seimbang, tetapi mungkin lebih memfokuskan pada sumber daya tertentu, misalnya fungsi pengorganisasian dan pengarahan lebih difokuskan pada manusianya (Man).

INPUT

Men
Materials
Methods
Machiness
Market
Minuts
 
SUMBER DAYA
Planning
Fungsing
Organizing
Manajemen
Actuating
OUTPUT

Tercapainya tujuan secara efektif dan efesien, yang dapat berupa barang, jasa, kepuasan pelanggan
 
Controlling
Men
1
8
15
22
Money
2
9
16
23
Materials
3
10
17
24
Methods
4
11
18
25
Machiness
5
12
19
26
Marker
6
13
20
27
Minutes
7
14
21
28




Controlling:
Man, Money, Materials, Methods,
Machiness, Market, Minute

 
Actuating:
Man, Money, Materials, Methods,
Machiness, Market, Minute

 
Organizing:
Man, Money, Materials, Methods,
Machiness, Market, Minute

 
Planning:
Man, Money, Materials, Methods,
Machiness, Market, Minute
 
                                  










 




Gambar:  Lingkup Aktivitas Administrasi/Manajemen
2. Ruang Lingkup Penelitian Administrasi
Administrasi atau manajemen dapat digunakan dalam berbagai
bidang kegiatan, baik secara individu (self management)
kelompok, maupun organisasi, dengan harapan agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai secara efisien dan efektif. Administrasi
dapat digunakan untuk mengelola berbagai organisasi, baik
organisasi pemerintah maupun swasta. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa administrasi bersifat universal., "administration is
a process common to all group efforts, public or private, civil or
military, large scale or small
scale".demikian kata White dalam
Dann Suganda (1989).              
Secara umum administrasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu administrasi negara dan administrasi swasta (public or private administration). Administrasi negara berkenaan dengan pengelolaan kegiatan yang bersifat kenegaraan, yang tujuan utamanya adalah untuk memberikan pelayanan,  meningkatkan kesejahteraan dan pemberdayaan rakyat. Administrasi swasta yang sering disebut sebagai administrasi niaga (private/business administration) merupakan pengelolaan kegiatan usaha yang bersifat bisnis dengan tujuan utama adalah mencari keuntungan, khususnya keuntungan finansial.
Soewarno Handayaningrat (1990): membedakan antara administrasi negara dan niaga seperti tertera dalam tabel 1.1 berikut. Berdasarkan table 1.1  ini tersebut terlihat adanya perbedaan mendasar antara administrasi negara dengan administrasi niaga. Administrasi negara lebih menekankan pada kegiatan pelayanan dan kesejehteraan rakyat, dan administrasi niaga lebih pada mengajar keuntungan finansial, dan kesejahteraan individu atau kelompok.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka lingkup kegiatan penelitian administrasi terdapat pada bidang administrasi negara dan niaga. Namun dalam operasionalnya, kegiatan penelitian administrasi dapat dilakukan pada seluruh bidang kegiatan, misalnya pada manajemen rumah sakit, pendidikan, militer, politik, ekonomi, dan kegiatan sosial kemasyarakatan.
Bila dilihat dari aktivitas manajemen, maka lingkup penelitian administrasi seperti tertera dalam gambar 1.8 tersebut. Berdasarkan gambar 1.8 tersebut terlihat bahwa administrasi sebagai sistem terdapat komponen input, proses dan output. Oleh karena itu penelitian bidang administrasi dapat dilakukan pada input, proses dan outputnya. Penelitian input berkenaan dengan sumber daya (7 M) yang akan diproses untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Penelitian proses berkenaan dengan pelaksanaan manajemen itu sendiri. Dalam gambar 1.8 terdapat 28 aktivitas. Selanjutnya penelitian output berkenaan dengan hasil yang dicapai sebagai akibat dari proses manajemen itu sendiri. Penelitian output lebih berkenaan dengan barang dan atau jasa yang dihasilkan, kepuasan pelanggan, pekerjaan baru, polusi, kekecewaan dll.
Pada bab "membuat judul penelitian" akan diberikan berbagai contoh judul penelitian bidang administrasi.





Tabel 1.1
Perbedaan Administrasinegara Dan Niaga
Administrasi Negara
Administrasi Niaga
1.   Administrasi    Negara    bertujuan memberikan     pelayanan      yang sebaik-baiknya   kepada masyarakat (public service)
2.   Administrasi     Negara     dalam pencapaian   tujuannya   dilakukan berdasarkan   peraturan   perudang-undangan yang berlaku
3.   Administrasi      Negara      dalam kegiatannya           mengutamakan kebenaran sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan
4.   Administrasi Negara cara kerjanya dianggap kurang begitu efisien
5.   Administrasi     Negara     bersifat monopolistik,     karena     sifatnya mengutamakan kepentingan umum
6.   Administrasi      Negara      dalam kegiatannya      ditujukan      bagi kepentingan  kesejahteraan  rakyat banyak
1.   Administrasi     Swasta/Niaga bertujuan memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
2.   Administrasi       Niaga       dalam pencapaian   tujuannya   dilakukan dengan   kebijakan   yang   bersifat menguntungkan     (tidak     sangat terikat dengan ketentuan yang telah ditetapkan)
3.   Administrasi   Niaga   tidak   selalu terikat   dengan    prosedur    yang berlaku, tetapi mengutamakan hasil yang dicapai
4.   Administrasi Niaga cara kerjanya sangat efisien

5. Administrasi       Niaga       dalam kegiatannya sifatnya bebas


6. Administrasi Niaga dalam kegia­tannya   tidak  mempertimbangkan bagi    kepentingan    kesejahteraan rakyat, tetapi untuk kesejahteraan individu atau kelompok


Berikut ini dikemukakan bidang-bidang penelitian administrasi khususnya pada administrasi negara dan pendidikan.
a.   Administrasi Negara
1)    Kelembagaan Negara: struktur organisasi pusat, propinsi, kabupaten/kota; hubungan kerja kecamatan, kelurahan, mekanisme kerja, pembagian kekuasaan dan wewenang, dll
2)    Kebijaksanaan Negara: kebijakan yang dibuat MPR, DPR,
Presiden, Menteri, Dirjen, Gubernur, KaDinas Propinsi,
Bupati/Walikota, Ka Dinas Kabupaten Kota, dll.
3)    Wilayah Negara, Propinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan,
Kelurahan;
4)    Kependudnkan  : jumlah  penduduk  menurut usia, jenis
kelamin, distribusi penduduk antar wilayah/daerah, status
sosial   ekonomi,   kualitas   penduduk,   aspirasi,   budaya
masyarakat, adat istiadad, keyakinan dll.
5)    Kekayaan Alam : hutan, air, udara, gas, tambang minyak,
batubara dll.
6)    Sistem perencanaan: kelembagaan  perencanaan  pusat
propinsi, kabupaten/kota, hubungan kerja antar lembaga
tersebut;   mekanisme  perencanaan;   proses  perencanaan,
produk perencanaan;  administrasi perencanaan;  personil
perencanaan, kinerja perencanaan, anggaran perencanaan,
pengawasan perencanaan, basil perencanaan, dll.
7)    Kepemimpinan : MPR, DPR, Presiden, Menteri, Pejabat
Eselon, Gubernur, Bupati/Walikota, Camat, Lurah,
Masyarakat,       Partai       Politik,       Lembaga       Sosial
Kemasyarakatan, dll.
8)    Aparatur Negara : kelembagaan aparatur pusat, propinsi,
kabupaten/kota dan hubungan kerja;  sarana dan prasarana
kerja;    iklim    dan    budaya    kerja    aparatur;    sistem
kepegawaian: analisis kebutuhan, sistem rekruitmen dan
seleksi, latihan prajabatan, penempatan, sistem pembinaan
pegawai,  pendidikan dan pelatihan,  sistem  mutasi  dan
promosi,  sistem penggajian,  peningkatan kesejahteraan,
kinerja    pegawai,    evaluasi    kinerja    pegawai,    sistem
pengawasan dan pengendalian; pemutusan hubungan kerja
(manajemen pensiun), dll.
9)    Keuangan   :   kelembagaan   keuangan   pusat,   propinsi,
kabupaten/kota, hubungan kerja antar lembaga tersebut;
sumber-sumber keuangan, sistem penyusunan program dan
anggaran, distribusi anggaran, sistem pembelanjaan, kinerja
anggaran,  personil  keuangan,   sistem  pengendalian  dan
pengawasan keuangan, dll.
10) Sistem pengawasan dan pe.ngendalian: kelembagaan pengawasan pusat, departemen dan lembaga nondepartemen, propinsi, kabupaten, hubungan kerja antar lembaga tersebut, personil pengawasan, anggaran pengawasan, kinerja pengawasan, hasil pengawasan.
b.   Administrasi Pendidikan
1)    Kelembagaan pendidikan  pada  tingkat   pusat,   propinsi,
kabupaten, sekolah dan luar sekolah menurut jenjang dan
jenis   pendidikan,    serta   hubungan    lembaga   tersebut,
efektivitas dan efisiensi kelembagaan, dll.
2)    Penduduk usia sekolah untuk jenjang dan jenis pendidikan
tertentu baik secara kuantitas maupun kualitas, penyebaran
penduduk untuk setiap wilayah/daerah, potensi akademis
yang dimiliki, aspirasi untuk memperoleh pendidikan, dll.
3)    Kebijakan Negara dalam pendidikan, pendekatan dalam
perumusan kebijakan pendidikan; kebijakan MPR, DPR,
Presiden,    Menteri    Pendidikan    dan    para    eselonnya,
Kebijakan Kepala Daerah dan Kepala Dinas Pendidikan
dalam pendidikan; cara merumuskan kebijakan tersebut,
cara mengimplementasikan, dan cara mengeValuasinya, dll.
4)    Perencanaan pendidikan: kelembagaan perencanaan pendidikan pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan, serta hubungan kerjanya; pendekatan dalam perencanaan, keterlibatan stakeholder dalam perencanaan; prosedur dan mekanisme perencanaan, kualifikasi dan profesionalisme tenaga perencana; validitas perencanaan; pelaksanaan rencana; hasil perencanaan; dll.
5)    Peran serta masyarakat dalam pendidikan: peran dunia
usaha   dan   industri,   peran   masyarakat   umum,   dalam
pengembangan program,  pembiayaan, pengendalian dan
pengawasan, dll.
6)    Kurikulum pendidikan:   pendekatan  dalam  penyusunan
kurikulum,  organisasi kurikulum,  penjabaran kurikulum
menjadi silabe, evaluasi dan pengembangan kurikulum, dll.
7)    Sumber Daya Manusia Pendidikan : analisis kebutuhan SDM pendidikan; sistem rekruitmen dan seleksi; latihan prajabatan;   penempatan;   kinerja  guru,   kepala  sekolah,
8)    kepemimpinan perguruan tinggi; sistem penggajian dan peningkatan kesejahteraan; sistem mutasi dan promosi; sistem pengendalian dan pengawasan; sistem evaluasi kinerja; sistem pemutusan hubungin kerja, semangat komitmen dan profesionalisme kerja para pengelola pendidikan, dll.
9)    Peserta didik : umur, jenis kelamin,  asal,  status sosial
ekonomi   orang  tua,   aspirasi,   motivasi   belajar,   potensi
akademis, gaya belajar, lingkungan tempat tinggal, dll.
10) Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar; administrasi proses
belajar   mengajar,   pembagian   tugas   mengajar,   sistem
penyusunan jadwal pelajaran; tata ruang kelas; sarana dan
prasarana kelas, referensi bahan ajar, penampilan mengajar
guru; metode mengajar; sistem monitoring dan evaluasi
proses belajar mengajar, hasil belajar, dll.
11) Sarana      dan      prasarana      pendidikan,      kebijakan
pembangunan   dan   pemeliharaan   sarana   dan   prasarana
pendidikan; lahan untuk bangunan pendidikan; bangunan
kantor, kelas, bengkel, laboratorium serta penunjangnya;
tata  letak   bangunan,   sirkulasi   udara,   cahaya;   estetika
bangunan;     kenyamanan    bangunan;     perawatan    dan
pemeliharaan;    efektivitas    dan    efisisensi    bangunan;
kelengkapan perpustakaan dan buku-bukunya; kelengkapan
media   pendidikan,    kelengkapan    sarana   bengkel    dan
laboratorium dll.
12) Pengcnvasan   pendidikan    :    kelembagaan    pengawasan
pendidikan pusat,  propinsi,  kabupaten/kota,  kecamatan,
serta hubungan kerjanya; rekruitmen dan seleksi pengawas,
sistem    dan    mekanisme   kerja   pengawas    pendidikan,
profesionalisme    pengawasan,     anggaran    pengawasan,
evaluasi pengawasan, hasil dan tindak lanjut pengawasan;
dll.
13) Hasil     pendidikan:      kecepatan      murid/mahasiswa
menyelesaikan pendidikan; kuantitas dan kualitas lulusan,
relevansi lulusan, kecepatan memperoleh pekerjaan; daya
saing lulusan dengan lulusan sekolah/diklat luar negeri;
perkembangan  karir  lulusan   di  tempat   kerja;   peranan
lulusan dan masyarakat tempat tinggal, dll.

F. Karakteristik Penelitian Yang Baik
Berikut ini dikemukakan penelitian administrasi yang baik. Menurut Emory (1985) penelitian yang baik adalah sebagai berikut :
1.    Masalah dan tujuan penelitian harus dirumuskan dengan betul,
jelas   dan   spesifik,   sehingga  tidak   menimbulkan   berbagai
penafsiran. Masalah yang diteliti harus betul-betul sebagai
masalah, sehingga data yang terkumpul dalam penelitian itu
dapat   digunakan   untuk   pemecahan   masalah   di   bidang
administrasi. Dengan rumusan masalah dan tujuan yang betul
dan  jelas,   maka   penelitian   akan   lebih   terarah   sehingga
pelaksanaan penelitian akan lebih efisien dan efektif.
2.    Prosedur penelitian perlu dijabarkan secara rinci, sehingga
orang   lain   dapat   lebih   memahami,   dapat   melaksanakan
penelitian tersebut dan dapat mengulanginya tanpa konsultasi
dengan penyusunnya.                           
3.    Prosedur dalam rancangan penelitian harus dibuat dengan teliti
dan hati-hati sehingga dapat menghasilkan data yang valid,
reliabel dan obyektif.
4.    Peneliti  harus  membuat  laporan  yang  lengkap,   sistematis
mengikuti prosedur sesuai rancangan, dan mampu memberikan
saran-saran untuk pemecahan masalah berdasarkan temuannya.
5.    Analisis data yang digunakan harus tepat, (dijelaskan mengapa
menggunakan  metode  analisis  itu)  dan  mampu   membuat
generalisasi yang signifikan.
6.    Setiap kesimpulan dan saran yang diberikan harus didukung
oleh data yang diperoleh melalui penelitian. Jangan membuat
kesimpulan  dan  memberikan  saran   berdasarkan   pendapat
sendiri.
7.    Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya, bila penelitian
dilakukan oleh peneliti yang mempunyai  integritas tinggi,
berpengalaman, dan telah mempunyai reputasi.

G. Kegiatan Penelitian
      I.  Siapakah yang Perlu Meneliti?
     
      II. Bagaimana Penelitian Dilakukan.

H. Ragam Penelitian
Banyak sekati ragarn penelitian yang dapat kita lakukan. Hal ini tergantung dari tujuan, pendekatan, bidang ilmu, tempat, dan
sebagainya.
1.   Penelitian Ditinjau dari Tujuan
Seorang peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab-sebab atau hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Sebagai contoh, di suatu desa secara berturut-turut terjadi kematian penduduk. Ragam Penelitian terutama anak-anak di bawah umur 5 tahun. Kejadian tersebuf kelihatan misterius sehingga menarik perhatian para dokter. Maka dibentuklah sebuah tim untuk mengadakan penelitian dengan maksud untuk menemukan sebab-musabab terjadinya musibah tersebut. Penelitian semacam ini dinamakan penelitian eksploratif.
Pada tahun 1970 pemerintah Indonesia, yang dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, ingin mencoba metode pengajaran berprograma sebagai metode penyampaian pelajaran. Maka disusunlah seri Buku Borprograma dan mulai dicoba digunakan di sekolah.
Semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar dicatat, diteliti, dan diadakan penyempurnaan seperlunya sehingga akhirnya diharapkan ditemukannya prototipe metode penyampaian aengan menggunakan Baku Berprograma. Mengadakan percobaan dan penyempurnaan inilah yang digolongkan sebagai penelitian developmen­tal atau penelitian pengembangan. Hampir di semua pabrik terdapat sebuah seksi yang bertugas mengadakan penelitian tentang hasil, moncoba meningkatkan mutu dalam skala kecil, dan kalau ternyata hasilnya lebih baik lalu dilakukan dalam skala luas. Seksi ini disebut Research and Developmend (R & D). Pada saat ini hampir  semua departemen terdapat bagian R & D yang dikenal sebagai bagian Litbang (Penelitian dan Pengembangan). Jika dikaitkan dengan  penelitian ini termasuk ope­ration reseach.
Jenis penelitian ketiga ditinjau dari tujuan adalah penelitian verifikatif. Contohnya adalah sebagai berikut.
Pada tahun 1970 pernah diadakan penelitian tentang rasa solidaritas rakyat pedesaan, dan dihasilkan suatu kesimpulan. Dua tahun kemudian seorang peneliti lain mengadakan penelitian yang sama dengan tujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian lain inilah yang diberi nama penelitian verifikatif.
Sebuah lembaga pemerintah mengadakan upaya untuk meningkatkan disiplin karyawan. Setelah diketemukan strategi yang diperkirakan paling tepat, lembaga tersebut menyebarkan angket kepada para karyawan untuk menanyakan usul-usul guna mengefektifkan strategi dimaksud. Hasil yang djperoleh dari pengolahan data angket digunakan untuk menentukan kebijakan yangdiambii oleh lembaga pemerintah tersebut sebagai upaya meningkatkan disiplin karyawan. Penelitian yang dilakukan oleh lembaga pemerintah tersebut diklasifikasikan sebagai penelitian kebijakan, karena menyangkut tindakan yang diambil oleh pemerintah dan diberlakukan secara luas.
2.   Penelitian Ditinjau dari Pendekatan
Apabila seprang peneliti ingin mengetahui perkembangan kemampuan berpikir anak Sekolah Dasar kelas I sampai dengan kelas VI, maka dapat dilakukan dua cara atau pendekatan, yaitu pendekatan bujur dan pendekatan silang.
a.   Pendekatan Longitudinal (Pendekaten Bujur)
Dengan pendekatan ini maka peneliti mencatat kemampuan berpikir sejak anak duduk di kelas I. Berturut-turut setiap tahun perkembangan tersebut dicatat yaitu di kelas II, III, IV, V, dan VI. Yang perlu diperhatikan di sini adalah waktu pencatatan dilakukan. Apabila peneliti melakukan pencatatan pertama pada bulan Juni, maka pencatatan-pencatatan berikutnya juga narus dilakukan pada bulan yang sama sehingga kondisinya sama. Tentu saja pendekatan inl ada kebaikannya karena subjek yang diarnati sama, sehingga faktor-fakor intern individu tidak berpengaruh terhadap hasil. Kelemahannya. waktu penelitian sangat lama dan dikhawatirkan dalam jangka waktu yang lama ini telah banyak perubahan kondisi karena perkembangan zaman.
b.  Pendekatan Cross-Sectional (Pendekatan Silang)
Berbeda dengan pendekatan bujur, pendekatan silang tidak menggunakan subjek yang sama. Dalam waktu yang bersamaan, peneliti  mengadakan pencatatan tencang perkembangan berpikir anak-anak sekolah dasar secara serentak, yaitu kelas I, II, III, IV, V, dan VI. jelas, satu hal yang menguntungkan adalah bahwa datanya dengan cepat dapat terkumpul. Padahal data tersebut tidak dikotori oleh pengaruh perubahan waktu karena waktunya bersamaan. Akan tetapi subjek yang berbeda-beda perlu juga mendapatkan perhatian dan pertimbangan karena perkembangan seseorang atau kelompok satu tahun yang akan datang, mungkin ada perbedaan, atau bahkan sangat berlawanan keadaan lya dengan perkembangan kelompok yang satu tahun lebih tua.
Jika kita hubungkan dengan pengambilan data secara kontinu, maka pendekatan cross-sectional (silang) merupakan kompromi antara one-shot method (menembak satu kali terhadap satu kasus), dan longitudinal method (menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama).
3. Penelitian Ditinjau dari Bidang Ilmu
Berkenaan dengan jenis spesialisasi dan interes, maka tentu saja bidang ilmu yang diteliti banyak sekali ragamnya menurut siapa yang mengadakan penelitian. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah: penelitian terhadap pendidikan (lebih sempit lagi pendidikan guru, pendidikan ekonomi, pendidikan kesehatan, keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebagainya).
4. Penelitian Ditinjau dari Tempatnya
Seperti disebutkan dalam kalimat pertama sebagai pembuka buku ini, bahwa penelitian memang banyak dilakukan di laboratorium. Untuk masa sekarang yang bisa diteliti di laboratorium bukan monopoli ilmu pengetahuan alam saja, tetapi banyak bidang, termasuk penelitian bahasa.
Selain penelitian di laboratorium, penelitian di perpustakaan juga banyak dilakukan. Analisis isi buku (conteent analysys) merupakan kegiatan yang cukup mengasyikkan. Penelitian ini akan menghasilkan suatu kesimpulan tentang gaya bahasa buku, kecenderungan isi buku, tata tulis, lay-out, ilustrasi, dan sebagainya.
Penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan. Sesuai dengan bidangnya, maka kancah  penelitian akan berbeda-beda tempatnya. Penelitian pendidikan mempunyai kancah bukan saja di sekolah tetapi dapat di keluarga, di masyarakat, di pabrik, di rumah sakit, asal semuanya mengarah tercapainya tujuan pendidikan.

5. Penelitian Ditinjau dari Hadirnya Variabel
Pengertian variabel sendiri akan dijelaskan lebih banyak dalam bab lain. Namun secara singkat dapat dikatakan, variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap (dijinggleng-Jawa) dalam suatu kegiatan penelitian (points to be noticed), yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Dari istilahnya "variabel" itulah terkandung makna "variasi". Variabel juga disebut dengan istilah "ubahan", karena dapat beubah-ubah atau bervariasi.
Contoh:
Usia, tingkat kecerdasan, tingkat kedisiplinan, kekayaan, dan Iain -lain adalah variabel karena antara satu orang dengan lainnya terdapat variasi atau perbedaan.
Apabila dilihat dari saat terjadinya, ada variabel masa lalu, masa sekarang, dan masa akan datang. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan/menggambarkan variabel masa lalu dan sekarang (sedang terjadi), adalah pene'itian deskriptif (to describe menggrmbarkan/ membeberkan).
Penelitian diiskukan terhadap variabel masa yang akan datang, adalah penelitian eksperimen seperti telah disebutkan di bagian depan. Disebut sebagai variabe! yang akan datang, belum terjadi, tetapi sengaja didatangkan atau diadakan oleh peneliti dalam bentuk perlakuan (treatmen) yang terjadi dalam eksperimen.             
Ada satu ragam penelitian yang mirip dengan eksperimen yang disebut penelitian tindakan. Hal ini akan dijelaskan panjang lebarsesudah model-model eksperimen.
6.  Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Akhir-akhir ini banyak dibicarakan orang tentang penelitian kualitatif. Sesuai kebiasaan, orang lebih menyenangi barang baru, Lalu ada kecenderungan adanya "pandangan lebih" terhadap hal yang baru tersebut. Ketika penelitian kualitatif sedeng diperkenalkan kira-kira tahun 1990, pandangan mata peneliti, khususnya peneliti muda, memicing kearah itu. Sebagai efek dari pandangan tersebut terselip satu pendapat bahwa penelitian kualitatif lebih mentereng dibandingkan dengan penelitian kuantitatif yang dipandang sudah kuno. Tentu saja pandangan seperti ini tidak dapat diterima begitu saja.
Suatu pendekatan atau metcde ilmiah, juga yang ada dalam penelitian, tentu tidak terlepas dari kebaikan dan kelemahan, keuntungan, dan kerugian. Oleh karena itu, untuk dapat memberi pertimbangan dan keputusan mana yang lebih baik - tepatnya lebih cocok - penggunaan suatu pendekatan, terlebih dahulu perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut. Dalam peitumbuhan ilmu pengetahuan, suatu teori yang dipandang sudah tidak baik dan dikalahkan oleh teori baru, maka teori yang ditumbangkan tersebut pasti tidak berlaku lagi. Dengan kata lain, jika suatu teori belum tumbang, pasti masih memiliki keampuhan.
"Perjuangan" tumbuhnya penelitian kualitatif tidak dapat dikatakan ringan. Ketika beberapa ahli mencoba memperkenalkan jenis penelitian  yang dimulai dari lapangan secara grounded, para peneliti kuantitatif yang sudah muncul terlebih dulu menentangnya dengan keras. Mereka berpendapat bahwa penelitian kualitatif yang pengumpulan datanya dipandang tidak sistematis, sangat individual, kurang ilmiah, dan sukar dilakukan pelacakan terhadap data yang terkumpul (karena tidak mungkin mengulangi peristiwa yang sudah lampau) juga diragukan hasilnya. Ketika para peneliti kualitatif telah berhasil meyakinkan prinsip-prinsip keilmiahan dari penelitiannya, terpaksa "tenggelam" sebentar karena kalah dalam publikasi. Namun, akhirnya secara berangsur-angsur nasib penelitian kualitatif semakin baik, dan sejak kira-kira tahun 1990 pendekatan kualitatif tersebut dapat diterima oleh masyarakat ilmiah.
Di antara banyak model yang ada dalam penelitian kualitatif, yang dikenal di Indonesia adalah penelitian naturalistic. Penelitiah kualitatif biasa dilawan karena dengan penelitian kuantitatit dengan alasan bahwa dalam kegiatan ini peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Namun demikian tidak berarti bahwa dalam penelitian kualitatif ini peneliti sama sekali tidak diperbolehkan menggunakan angka. Dalam hal-hal tertentu, misalnya menyebutkan jumlah anggota keluarga, banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk belanja sehari-haii ketika menggambarkan kondisi sebuah keluarga, tentu saja bisa. Yang tidak tepat adalah apabila dalam mengumpulkan data dan penafsirannya peneliti menggunakan rumus-rumus statistik.
Sebaliknya dengan penelitian kuantitatif, sesuai dehgan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikan juga pemahaman akan kesimpulan penelitian akan lebih baik apabila juga disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar atau tampilan lain. Selain data yang berupa angka, dalam penelitian kuantitatif juga ada data berupa informasi kualitatif. Dengan gambaran ini maka tidak ada garis yang tegas antara penelitian kuantitatif dengan penelitian yang ditinjau hanya dari penggunaan angka-angka. Penjelasan lebih jauh tehtang penelitian kualitatif akan disampaikan dalam Bab selanjutnya, yaitu Memilih Pendekatan,
Nama yang dibicarakan ini disebut 'kualitatif naturalistik". Istilah “naturalistik" menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian ini memang terjadi secara alamiah, apa adanya, dalam situasi normal yang tidak dimanipulasi keadaan dan kondisinya, menekankan pada deskripsi secara alami. Pengambilan data atau penjaringan fenomena dilakukan dari keadaan yang sewajarnya ini dikenal dengan sebutan "pengambilan data secara alami atau natural". Dengan sifatnya ini maka dituntut keterlibatan penoliti secara langsung di lapangan, tidak seperti penelitian kuantitatif yang dapat mewakilkan orang lain untuk menyebarkan atau melakukan wawancara terstruktur.
Antara penelitian kuantitatif dan kualitatif terdapat perbedaan yang sifatnya mendasar, meskipun beberapa hal juga memi!iki perjsamaan. Berikut ini disajikan perbandingan singkatdan secara. Garis besar yang sifatniya umum.
No.
Penelitian Kuantitatif
Penelitian Kualitatif     
1.
Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan, subjek, sumber data sudah mantap, dan rinci sejak awal.
Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emer-
gent).                                  
2.
Langkah peneliiian: segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun.
Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai.
3.
Dapat menggunakan sampel, dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi.
Tidak dapat menggunakan pen­dekatan populasi dan sampel. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal  istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan adalah setting. Hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang berrangkutan.
4.
Hipotesis: (jika memang perlu): a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian. b.   Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan  a priori.
Hipotesis: a. Tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung  tentatif. Hasil penelitian terbuka.
5.
Desain: dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan.
Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dipastikan sebelumnya.
6.
Pengumpulan data: kegiatan dalam pengumpulan data me-mungkinkan untuk diwakilkan.
Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti.
7.
Analisis data: dilakukan sesudah semua data terkumpul.
Analisis data: dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data.
antara kedua jenis penelitian, untuk sekadar memberikan pengantar dan gambarar tentang dua jenis penelitian tersebut. Penjelasan tentang bagian-bagian ya ig dipandang perlu, diberikan secara terpisah dalam uraian yarig lebih panjang.
Jenis-jenis penelitian kuantitatif dapat dibedakan dari keberadaan data yangditeliti, sudah tersedia atau baru akan ditimbulkan. Jika data sudah ada (dalam arti tidak sengaja ditimbulkan), dan peneliti tinggal merekam, maka penelitiannya bukan eksperimen. Sebaliknya jika peneliti ingin mengetahui gambaran tentang data yang secara sengaja ditimbulkan, maka penelitiannya berbentuK eksperimen.
Penelitian non-eksperimen yang banyak dilakukan berbentuk antara lain: (1) penelitian deskriptif, (2) eksploratif, (3) survei, dan (4) penelitian evaluasi. Penelitian eksperimen dapat berbentuk eksperimen dalam berbagai desain, dan penelitian tindakan. Analisis data penelitian non-eksperimen dapat dilakukan menggunakan rumus statistik, dapat juga hanya statistik sederhana dalam bentuk rerata, simpangan baku, tabulesi silang, dan disajikan dalam bentuk tabel, bagan atau grafik. Dari analisis dan tampilan data tersebut peneliti membuat interpretasi dalam bentuk narasi yang menunjukkan kualitas dari gejala atau fenomena yang menjadi objek penelitian.
Apakah dasar filosofis dari penelitian kualitatif itu? Sekurang-kurangnya ada empat dasar filosofis yang berpengaruh dalam penelitian kualitatif, yaitu sebagai berikut:
1.    Fenornenologis, yang berpendapat bahwa kebenaran sesuatu itu dapat diperoleh dengan cara menangkap fenomena atau gejala yang memancar dari objek yang diteliti. Apabila peneliti melakukan penangkapan secara profesional, maksimal dan bertanggung jawab, maka akan dapat diperoleh variasi refleksi dari objek. Bagi objek manusia, gejala dapat berupamimik, panlomimik, ucapan, tingkah laku, perbuatan, dan Iain-Iain. Tugas peneliti adalah memberikan interpretasi terhadap gejala tersebut.
2.    Interaksi simbolik, yang merupakan dasar kajian sosial yang sangat berpengaruh dan digunakan dalam penelitian kualitatifi Beberapa ahli yang terkenal antara lain John Dewey dan Blumer H. Ahli yang kedua ini telah menyempurnakan pandangan interaksi simbolik dengan membagi tiga prinsip arti simbol yang diberikan oleh responden. Ketiga prinsip atau premis dimaksud adalah sebagai berikut:
a.    Dasar manusia bertindak adalah untukmemenuhi kepentingannya. Dalam memberikan interpretasi tindakan atau fenomena, peneliti perlu sekali mengetahui proses atau sekuensi dari tindakannya.
b.    Proses suatu tindakan seseorang pada prinsipnya merupakan produk atau  hasil proses sosial ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang lain. Dalam memberikan interpretasi gejala, peneliti harus tepat mempertimbangkan hasil interaksi yang mempengaruhinya.
c.    Manusia bertindak dipengaruhi oieh fenomena lain yang muncui lebih dulu atau bersamaan. Oleh karena itu, peneliti perlu memperhatikan fenomena atau gejala yang berkaitan dan mempengaruhi munculnya gejala tersebut.
3.    Kebudayaan sebagai sesuatu yang merupakan hasil budi daya manusia yang mewujud dalam tingkah laku atau benda, bahasa, simbol, dan !ain-lain. Kebudayaan tersebut melingkungi manusia sehingga berpengaruh terhadap perilaku dan tindakan manusia. Oleh karena itu, jika peneliti ingin memperoleh data yang akurat dan rinci perlu sekali mempelajari latar belakang kebudayaan responden, dan lebih baik lagi jika sanggup meluangkan waktu hidup bersama mereka beberapa lama.
4.    Antropologi yaitu dasar filosofis yang fokus pembahasannya berkaitan erat dengan kegiatan manusia, baik secara normatif maupun historis. Itulah sebabnya peneliti perlu sekali peduli terhadap tindakan manusia di masa lalu dan kelanjutannya. Untuk menghasilkan gambaran yang tepat tentang genomena antropologis peneliti menggunakan pendekatan induktif, dalam lingkup yang tidak terlalu luas, fleksibel, dan kontekstual. Dengan demikian peneliti aapat mendeskripsikan data secara tuntas berbentuk thick description, atas dasar fenomena yang ia jumpai di lapangan. Perumpaan yang sederhana bagi data penelitian kualitatif adalah bahwa data tersebut berlapis-lapis seperti "umbi bawang". Dalam pada itu peneliti mengupas lapisan umbi satu persatu untuk ditarik sebuah interpretasi yang komprehensif dan solid,
Dapatkah kite mengenali ciri-ciri atau karakteristik penelitian  kualitatif? Dari perbandingan singkat yang sudah disajikan, berikut ini disampaikan karakteristik penelitian kualitatif naturalistik, yaitu sebagai berikut:
1.    Mempunyai sifat induktif yaitu pengembangan konsep yang didasarkan atas data yang ada, mengikuti desain penelitian yang fleksibel sesuai dengan konteksnya. Desain dimaksud tidak kaku sifatnya sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang ada di lapangan.
  1. Melihat setting dan respons secara keseluruhan atau holistik. Dalam hal ini peneliti berinteraksi dengan responden dalam konteks yang alami, sehingga tidak memunculkan kondisi yang seolah-olah dikendalikan oleh peneliti.
3.    Memahami responden dari titik tolak pandangan responden sendiri hal-hal yangdialami oleh peneliti tentang responden menyangkut lima komponen, yaitu:
a.    jati diri,
b.    tindakan,
c.    interaksi sosialnya,
d.    aspek yang berpengaruh, dan
e.    interaksi tindakan.
4.    Menekankan validitas penelitian ditekankan pada kemampuan peneliti. Dalam penelitian kualitatif peneliti dihadapkan langsung pada responden maupun lingkungannya sedemikian intensif sehingga peneliti dapat menangkap dan merefleksi dengan cermat apat yang diucapkan dan dilakukan oleh responden.
5.    Menekankan pada settingalami. Penelitian kualitatif sangat menekankan pada perolehan data asli atau natural conditions. Untuk maksud inilah peneliti harus menjaga keaslian kondisi jangan sampai merusak atau mengubahnya. Itulah sebabnya pada awal-awal perkenalan dengan responden sebaliknya tidak mengatakan langsung apa maksud dan tujuan penelitiannya tetapi baru menciptakan kondisi normal-rapport.
  1. Mengutamakan proses daripada hasil. Perhatian penelitian kualitatif lebih ditekankan pada bagaimana gejala tersebut muncul. Dengan kata lain peneliti bukan mencari jawab atas pertanyaan "apa" tetapi "mengapa". Untuk maksud butir (5) dan (6) inilah dianjurkan kepada peneliti untuk dapat melakukan pengamatan partisipatif- ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh responden, mengikuti proses kehidupan sahari-hari.
  2. Menggunakan non-probabilitas sampling. Hal ini disebabkan karena peneliti tidak bermaksudmenarik generalisasi atas hasil yang diperoleh tetapi menelusurinya secara mendalam. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah teknik-teknik yang kurang disarankan dalam penelitian kuantitatif  karenn kurang representatif. Ada empat teknik sampling yang disarankan, yaitu:
a.    Accidential sampling, yaitu mengambil sampel dengan
pertimbangan tertentu yang tidak dirancang pertemuannya terlebih dahulu.
b.    Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal.
c.    Cluster - quota sampling, yaitu memilih sejumlah responden wilayah tertentu sampai batas data yang diinginkan terpenuhi.
d.    Snow-ball sampling - (Jw: gethok tular), yaitu peneliti memilih responden socara berantai. Jika peengumpulan data dari responden ke-1 sudah selesai, peneliti minta agar responden tersebut memberikan rekomendasi untuK resporden ke-2, lalu yang ke-2 juga memberikan rekomendasi untuk responden ke-3, dan selanjutnya. Proseshola salju ini berlangsung terus sampai peneliti memperoleh data yang cukup sesuai kebutuhan.
Contoh:
Mula-mula peneliti menjumpai beberapa orang karyawan bank untuk diminta pendapatnya bagaimana upaya yang sebaik-baiknya terhadap nasabah yang dikafegorikan sebagai mangkir membayar angsuran. Setelah wawancara berakhir, peneliti bertanya kepada para karyawan tersebut ssbaiknya dari mana lagi pendapat untuk mengungkap kebekuan tersebut dapat diatasi. Mungkin sekali karyawan menunjuk beberapa orang pemimpin bank lain yang mempunyai pengalaman.
 Dari kelompok informan pertama dan kedua mungkin terselip rekomendasi atau usulan sebaiknya bertanya kepada sampel dari nasabah yang bermasalah. Begitulah peneliti mendatangi beberapa orang dari nasabah yang bermasalah, sehingga diperoleh sampel yang mencukupi jumlah.
  1. Peneliti sebagai instrumen. Maknadari kalimat tersebut adalah bahwa peneliti tersebut:
a.   Memiliki daya responsive yang tinggi, yaitu mampu merespons sambil memberikan interpretasi terus-menerus pada gejala yang dihadapi.
b.   Memiliki sifat adaptabel, yaitu mampu menyesuaikan diri, mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang dihadapi.
c.    Memiliki kemampuan untuk memandang objek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu, dan dengan kondisi lain yang relevan.
d.   Sanggup terus-menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala.
e.   Memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar dengan cepat menginterpretasi. Selanjutnya peneliti juga diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil.
f. Memiliki kemampuan untuk mengekspor dan merumuskan informasi sehingga menjadi bahan masukan bagi pengayaan konsep ilmu.
9.    Menganjurkan penggunaan triangulasi, yaitu penyilangan informasi yang diperoloh dari sumber sehingga pada akhirnya hanya data yang absah saja yang digunakan untuk mencapai hasil penelitian. Ada empat macam triangulasi dalam penelitian kualitatif, yaitu:
a.    triangulasi data  menambah atau memperkaya data sampai mantap sekali,
b.    pene­liti-mengadakan pengecekan   dengan   peneliti  lain, 
c.    teori -mencocokkan dengan teori terdahulu, dan
d.    triangulasi metodologi  mengumpulkan data dengan metode lain.
10. Menguntungkan diri pada teknik dasar studi lapangan. Karakteristik ini diambil dari teori yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1985) yang mengatakan bahwa kebenaran itu dapat diperoleh hanya dari lapangan, yaitu merefleksikan kondisi sebenarnya yang ada di lapangan tersebut. Untuk memenuhi karakteristik ini peneliti dituntut memiliki kemampuan tinggi. Peneliti pemula yang belum banyak pengalaman meneliti, dan (mungkin) pemilikan ilmu yang mendasari untuk dapat meneropongdan menganalisis lingkungan secara cermat, disarankan lebih baik menggunakan pendekatan kuantitatif yang sudah dibantu dengan instrurnen.
11. Mengadakan analisis data sejak awal. Berbeda dengan analisis data pada penelitian kuantitatif yangdilakukan setelah semua data terkumpu, peneliti kualitatif naturalistik diharapkan sejak awal pengumpulan data sudah langsung menganalisis data dengan mengadakan interpretasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar